Featured Post

Recommended

Harga Setengah, Performa Nyaris Sama? Perbandingan Redmi K90 Pro Max vs Xiaomi 17 Pro Max!

Di tengah persaingan sengit pasar smartphone global, Xiaomi kembali menghadirkan dua raksasa dari ekosistemnya: Redmi K90 Pro Max dan Xiaomi...

Harga Setengah, Performa Nyaris Sama? Perbandingan Redmi K90 Pro Max vs Xiaomi 17 Pro Max!

Harga Setengah, Performa Nyaris Sama? Perbandingan Redmi K90 Pro Max vs Xiaomi 17 Pro Max!

Harga Setengah, Performa Nyaris Sama? Redmi K90 Pro Max vs Xiaomi 17 Pro Max!

Di tengah persaingan sengit pasar smartphone global, Xiaomi kembali menghadirkan dua raksasa dari ekosistemnya: Redmi K90 Pro Max dan Xiaomi 17 Pro Max. Keduanya menawarkan spesifikasi kelas atas, performa gahar, dan fitur premium—namun dengan selisih harga yang cukup signifikan.


Bagi konsumen yang ingin performa flagship tanpa merogoh kocek terlalu dalam, Redmi K90 Pro Max hadir sebagai “budget flagship” yang menggoda. Sementara itu, Xiaomi 17 Pro Max menegaskan posisinya sebagai smartphone premium penuh dengan sentuhan eksklusif seperti kolaborasi Leica dan layar sekunder di bagian belakang.


Lalu, apa sebenarnya yang membedakan keduanya? Apakah selisih harga sekitar US$280–300 benar-benar sepadan dengan peningkatan fitur? Artikel ini mengupas tuntas perbandingan mendalam dari segi desain, layar, performa, kamera, baterai, hingga nilai uang (value for money)—agar Anda bisa memilih dengan bijak.


Desain & Tampilan: Kembar tapi Tak Sama

Secara visual, Redmi K90 Pro Max dan Xiaomi 17 Pro Max memang terlihat seperti saudara kembar. Keduanya mengusung desain flat di bagian depan dan belakang, dipadukan dengan rangka logam dan sudut yang membulat untuk kenyamanan genggaman. Perlindungan layar juga sama: Xiaomi Dragon Crystal Glass, yang diklaim 2x lebih tahan gores dibanding Gorilla Glass Victus 2.


Namun, di sinilah perbedaan pertama muncul—dan cukup mencolok.


Xiaomi 17 Pro Max: Punya Layar Sekunder Eksklusif

Smartphone ini dilengkapi layar tambahan 2,9 inci di bagian belakang, sebuah fitur yang tidak dimiliki Redmi K90 Pro Max. Layar ini bukan sekadar gimmick. Ia bisa:


  • Menampilkan waktu, tanggal, notifikasi, dan status baterai
  • Berfungsi sebagai viewfinder kamera saat selfie menggunakan kamera utama
  • Menunjukkan informasi real-time seperti pesanan ojek online, musik yang diputar, atau timer
  • Menjalankan animasi interaktif, termasuk “hewan peliharaan virtual”


Fitur ini memberikan nilai estetika dan fungsionalitas ekstra yang sangat cocok bagi pengguna yang suka personalisasi dan teknologi inovatif.


Redmi K90 Pro Max: Fokus pada Audio Premium

Alih-alih layar sekunder, Redmi memilih pendekatan berbeda: woofer fisik di bagian belakang yang dikembangkan bersama Bose. Ini melengkapi sistem audio 2.1 channel stereo, di mana dua speaker utama berada di atas dan bawah, ditambah subwoofer khusus untuk bass yang lebih dalam.


Bagi pecinta musik, gamer, atau penonton film, pengalaman audio Redmi K90 Pro Max bisa jadi lebih imersif—meski kehilangan daya tarik visual dari layar belakang Xiaomi 17 Pro Max.


Layar Depan: Identik 100%

Keduanya menggunakan panel OLED 6,9 inci resolusi 2K, teknologi LTPO M10 dengan refresh rate adaptif 1–120Hz, dan kecerahan puncak hingga 3.500 nits—salah satu yang tertinggi di industri. Fitur DC Dimming juga tersedia untuk mengurangi flicker dan melindungi mata saat penggunaan jangka panjang.


Verdict Desain:

Jika Anda mengutamakan gaya dan fitur futuristik, Xiaomi 17 Pro Max unggul. Tapi jika kualitas suara lebih penting, Redmi K90 Pro Max menawarkan keunggulan unik yang jarang ditemui di kelasnya.


Performa & Daya Tahan: Nyaris Tak Ada Beda

Di balik bodi premium keduanya, Xiaomi menanamkan chipset yang sama persis: Qualcomm Snapdragon 8 Elite Gen 5, fabrikasi 3nm, dengan arsitektur CPU dan GPU terbaru yang menjanjikan performa gaming dan multitasking kelas atas.


Konfigurasi memori juga mirip:


  • RAM: hingga 16GB LPDDR5X
  • Penyimpanan: hingga 1TB UFS 4.0


Artinya, baik untuk gaming berat (seperti Genshin Impact atau Honkai: Star Rail di pengaturan maksimal), editing video 4K, atau AI processing—keduanya akan memberikan pengalaman yang nyaris identik.


Baterai & Pengisian Daya: Redmi Sedikit Lebih Unggul

  • Redmi K90 Pro Max: 7.560 mAh
  • Xiaomi 17 Pro Max: 7.500 mAh


Perbedaan hanya 60 mAh, yang secara praktis tidak terasa dalam penggunaan harian. Namun, Redmi tetap mencatatkan angka sedikit lebih tinggi.


Untuk pengisian daya, keduanya mendukung:


  • 100W pengisian kabel (0–100% dalam ~25 menit)
  • 50W pengisian nirkabel
  • 22.5W reverse charging (kabel dan nirkabel di Xiaomi 17 Pro Max; hanya kabel di Redmi)

Satu catatan kecil: Xiaomi 17 Pro Max mendukung reverse wireless charging, memungkinkan Anda mengisi earbud atau smartwatch langsung dari punggung ponsel—fitur yang tidak tersedia di Redmi.


Kamera: Di Sini Perbedaan Paling Nyata

Meski sama-sama mengusung tiga kamera 50MP, kualitas sensor dan kolaborasi software membuat jurang perbedaan cukup lebar.


Redmi K90 Pro Max: Kamera Flagship, Tapi Bukan Versi Tertinggi

  • Utama: 50MP, sensor Light Fusion 950 (1/1.31″), OIS
  • Ultrawide: 50MP
  • Telefoto: 50MP periskop, 5x optical zoom (pertama di lini Redmi)
  • Depan: 20MP


Sensor utamanya sebenarnya sama dengan yang digunakan di Xiaomi 17 biasa, bukan varian Pro Max. Hasil fotonya tetap sangat baik dalam kondisi cahaya cukup, namun kurang optimal di low-light dibanding sensor yang lebih besar.


Xiaomi 17 Pro Max: Kolaborasi Leica & Sensor Lebih Besar

  • Utama: 50MP, sensor Light Hunter 950L (1/1.28″), OIS — lebih besar dan lebih sensitif cahaya
  • Ultrawide: 50MP
  • Telefoto: 50MP periskop, 5x zoom
  • Depan: 50MP (resolusi jauh lebih tinggi)


Yang paling menonjol: kolaborasi dengan Leica. Ini bukan sekadar branding. Algoritma pemrosesan gambar, profil warna (Leica Authentic & Vibrant), serta mode potret profesional benar-benar meningkatkan kualitas hasil jepretan—terutama dalam hal kedalaman warna, kontras, dan rendering bokeh.


Hasilnya? Foto dari Xiaomi 17 Pro Max terlihat lebih “hidup”, lebih tajam, dan lebih konsisten di berbagai kondisi pencahayaan.


Verdict Kamera:

Jika fotografi adalah prioritas utama—terutama untuk konten kreatif, media sosial, atau dokumentasi profesional—Xiaomi 17 Pro Max jelas lebih unggul.


Harga & Nilai Uang: Mana yang Lebih Worth It?

Berikut perbandingan harga resmi di Tiongkok (konversi perkiraan):


Redmi K90 Pro Max

12GB + 256GB

  • 3.999 = ~$561


Redmi K90 Pro Max

12GB + 512GB

  • 4.499 = ~$631


Xiaomi 17 Pro Max

12GB + 512GB

  • 5.999 = ~$841


Selisih antara varian 512GB mencapai $210, atau sekitar 33% lebih mahal.


Siapa yang Cocok dengan Redmi K90 Pro Max?

  • Pengguna yang ingin performa flagship tanpa fitur “mewah”
  • Gamer, content consumer, atau multitasker berat
  • Pecinta audio berkualitas tinggi
  • Budget-conscious buyer yang tetap ingin spesifikasi top


Siapa yang Harus Pilih Xiaomi 17 Pro Max?

  • Fotografer mobile atau kreator konten
  • Penggemar teknologi eksklusif (layar belakang, Leica, reverse wireless charging)
  • Mereka yang menghargai finishing premium dan brand prestige
  • Pengguna yang rela bayar lebih untuk pengalaman menyeluruh


Kesimpulan: Bukan Soal Lebih Baik, Tapi Lebih Sesuai

Redmi K90 Pro Max bukan sekadar “versi murah” dari Xiaomi 17 Pro Max. Ia adalah flagship alternatif yang cerdas—mengorbankan beberapa fitur mewah demi harga lebih terjangkau, sambil tetap mempertahankan inti performa dan daya tahan.


Sementara itu, Xiaomi 17 Pro Max adalah pernyataan: ini adalah puncak dari apa yang bisa Xiaomi tawarkan di 2025—dari kolaborasi Leica, layar sekunder, hingga pengalaman premium menyeluruh.


Pilih Redmi K90 Pro Max jika Anda ingin 90% pengalaman flagship dengan 70% harga.

Pilih Xiaomi 17 Pro Max jika Anda menuntut 100%—tanpa kompromi. 


Keduanya luar biasa. Tapi hanya satu yang benar-benar cocok untuk Anda.

Samsung Siapkan Fitur Rahasia di Galaxy S26: Bluetooth 6.1 Lebih Aman & Hemat Baterai

Samsung Siapkan Fitur Rahasia di Galaxy S26: Bluetooth 6.1 Lebih Aman & Hemat Baterai

Samsung Siapkan Fitur Rahasia di Galaxy S26: Bluetooth 6.1 Lebih Aman & Hemat Baterai

Samsung bersiap memperkenalkan lompatan besar dalam konektivitas nirkabel melalui Galaxy S26 series, yang berpotensi menjadi smartphone pertama di dunia yang mengadopsi standar Bluetooth 6.1. Namun, ada syarat penting: fitur canggih ini kemungkinan hanya tersedia pada model yang menggunakan chipset Exynos, bukan Snapdragon.


Informasi ini muncul setelah munculnya sertifikasi terbaru dari Bluetooth Special Interest Group (SIG) yang mengungkap keberadaan modul konektivitas baru dari Samsung: Exynos S6568. Modul ini dirancang khusus untuk menangani fungsi Bluetooth dan Wi-Fi secara terintegrasi, dan secara eksplisit disebut mendukung Bluetooth 6.1—versi terbaru dari protokol nirkabel yang baru saja dirilis resmi pada Mei 2025.


Namun, di balik potensi inovasi ini, muncul pertanyaan krusial: apakah semua pengguna Galaxy S26 akan menikmati manfaat Bluetooth 6.1? Jawabannya: tidak. Dan inilah alasan mengapa perbedaan chipset bisa menentukan pengalaman konektivitas Anda di masa depan.


Exynos S6568: Modul Konektivitas Tersembunyi di Balik Bluetooth 6.1

Samsung tidak hanya mengandalkan prosesor aplikasi utama seperti Exynos 2600 atau Snapdragon 8 Elite Gen 5 untuk mengelola semua fungsi ponsel. Untuk urusan konektivitas nirkabel—terutama Bluetooth dan Wi-Fi—perusahaan kini tampaknya menggunakan modul terpisah yang lebih spesialis.


Dalam daftar sertifikasi Bluetooth SIG, chip Exynos S6568 dijelaskan sebagai:


“Digunakan bersama dengan Exynos Application Processor yang kompatibel untuk membangun solusi lengkap BT + Wi-Fi yang mendukung Bluetooth 6.1.” 


Ini menunjukkan bahwa S6568 bukanlah prosesor utama, melainkan komponen pendukung yang bekerja berdampingan dengan chipset utama. Yang menarik, dokumentasi ini tidak menyebut kompatibilitas dengan chipset Qualcomm, sehingga menimbulkan keraguan apakah varian Snapdragon bisa mendukung Bluetooth 6.1.


Perbedaan Krusial: Exynos vs Snapdragon di Galaxy S26

Samsung dikenal menggunakan strategi dual-chipset untuk seri Galaxy S-nya:


  • Exynos 2600: Digunakan di sebagian besar pasar global, termasuk Eropa, Asia Tenggara, dan India.
  • Snapdragon 8 Elite Gen 5: Disediakan khusus untuk pasar AS dan Tiongkok, karena alasan regulasi dan kemitraan komersial.


Sayangnya, Snapdragon 8 Elite Gen 5 hanya mendukung Bluetooth 6.0, bukan versi 6.1. Artinya, meskipun Galaxy S26 versi AS dan Tiongkok akan tetap menawarkan konektivitas canggih, mereka tidak akan mendapatkan peningkatan privasi dan efisiensi energi terbaru dari Bluetooth 6.1.


Hal ini menciptakan fragmentasi pengalaman pengguna—di mana konsumen di Eropa atau Indonesia mungkin menikmati fitur keamanan tambahan yang tidak tersedia di New York atau Beijing.


Apa Itu Bluetooth 6.1? Bukan Sekadar Nomor Versi

Bluetooth 6.1 bukan sekadar pembaruan minor. Dirilis resmi oleh Bluetooth SIG pada Mei 2025, versi ini membawa sejumlah peningkatan signifikan dibanding pendahulunya:


1. Privasi yang Lebih Ketat dengan RPA yang Diperbarui

Fitur Randomized Resolvable Private Address (RPA) kini diperkuat. Sebelumnya, perangkat Bluetooth menggunakan alamat acak yang bisa berubah, tapi prosesnya masih rentan terhadap pelacakan jangka panjang. Di versi 6.1, perubahan identitas perangkat menjadi lebih cepat dan otomatis, sehingga mencegah toko, bandara, atau pihak ketiga melacak keberadaan Anda melalui sinyal Bluetooth dari earbud atau smartwatch.


2. Efisiensi Daya Lebih Tinggi

Manajemen alamat Bluetooth kini dilakukan langsung oleh controller Bluetooth, bukan oleh CPU utama ponsel. Ini mengurangi beban pemrosesan dan menghemat baterai, terutama pada perangkat yang selalu aktif seperti earbud TWS atau tracker kebugaran.


3. Stabilitas Koneksi yang Lebih Baik

Meski tidak memperkenalkan fitur baru seperti Channel Sounding (yang sudah ada di Bluetooth 6.0), versi 6.1 memperbaiki bug dan meningkatkan stabilitas protokol, terutama dalam lingkungan dengan banyak perangkat nirkabel.


Mengapa Ini Penting bagi Pengguna Galaxy S26?

Jika Anda pengguna setia Galaxy Buds, Galaxy Watch, atau perangkat smart home Samsung, Bluetooth 6.1 bisa memberikan pengalaman yang lebih mulus dan aman:


  • Koneksi lebih cepat saat memasangkan perangkat baru.
  • Risiko pelacakan lokasi berkurang saat berada di tempat umum.
  • Daya tahan baterai earbud dan jam tangan meningkat berkat pengelolaan daya yang lebih cerdas.


Namun, semua manfaat ini hanya berlaku jika ponsel Anda menggunakan chipset Exynos + modul S6568. Pengguna Snapdragon mungkin harus menunggu hingga generasi berikutnya—atau hingga Qualcomm merilis pembaruan firmware (yang belum dijamin).


Jadwal Peluncuran Galaxy S26: Ditunda ke Maret 2026

Menariknya, rumor terbaru menyebut bahwa Galaxy S26 series mengalami penundaan peluncuran dari jadwal biasanya (Januari/Februari) menjadi Maret 2026. Penundaan ini kemungkinan terkait dengan pengembangan chipset Exynos 2600 dan integrasi teknologi baru seperti Bluetooth 6.1.


Penundaan ini justru bisa menjadi berkah terselubung—memberi Samsung waktu lebih untuk menguji stabilitas sistem dan memastikan bahwa modul S6568 bekerja sempurna dengan ekosistem Galaxy.


Apa Artinya bagi Masa Depan Standar Bluetooth?

Jika Samsung benar-benar meluncurkan Galaxy S26 dengan Bluetooth 6.1, ini akan menjadi momentum penting bagi adopsi massal standar baru. Sebagai salah satu produsen smartphone terbesar dunia, langkah Samsung bisa mendorong Apple, Google, dan produsen aksesori untuk segera mengikuti.


Bayangkan: dalam 1–2 tahun ke depan, semua earbud, smartwatch, dan speaker pintar mungkin sudah mendukung fitur privasi dan efisiensi dari Bluetooth 6.1—berkat inisiatif awal dari Galaxy S26.


Kesimpulan: Inovasi dengan Batasan

Galaxy S26 berpotensi mencatat sejarah sebagai smartphone pertama dengan Bluetooth 6.1, menawarkan lompatan nyata dalam privasi, efisiensi, dan stabilitas nirkabel. Namun, inovasi ini datang dengan kompromi strategis: hanya pengguna model Exynos yang akan menikmatinya.


Bagi konsumen, ini menjadi pengingat penting: chipset bukan hanya soal performa gaming atau AI—tapi juga menentukan fitur konektivitas masa depan. Jika privasi dan daya tahan baterai perangkat pendamping adalah prioritas utama Anda, memilih varian Exynos mungkin layak dipertimbangkan, meski harganya sedikit lebih tinggi atau ketersediaannya terbatas.


Sampai Samsung atau Qualcomm mengumumkan kompatibilitas penuh lintas platform, fragmentasi teknologi tetap menjadi realitas di dunia smartphone flagship—dan Galaxy S26 mungkin menjadi contoh paling jelas tahun 2026.

Baterai 7500mAh vs Charging 120W: Perbandingan lengkap Oppo Find X9 Pro vs Honor Magic8 Pro!

Baterai 7500mAh vs Charging 120W: Perbandingan lengkap Oppo Find X9 Pro vs Honor Magic8 Pro!

Baterai 7500mAh vs Charging 120W: Perbandingan lengkap Oppo Find X9 Pro vs Honor Magic8 Pro!

Di tengah persaingan ketat pasar smartphone premium 2025, dua nama bersinar dengan janji inovasi mutakhir: Oppo Find X9 Pro dan Honor Magic8 Pro. Keduanya bukan sekadar ponsel—melainkan manifestasi visi teknologi dari dua raksasa Asia yang berlomba menawarkan pengalaman flagship terbaik. Tapi di antara keduanya, siapa yang benar-benar unggul dalam desain, kamera, performa, baterai, dan nilai jangka panjang?


Artikel ini menyajikan analisis mendalam, berbasis data teknis dan pengalaman pengguna nyata, untuk menjawab pertanyaan krusial: Jika Anda hanya bisa memilih satu, mana yang layak dibeli?


Desain & Layar: Estetika Minimalis vs Teknologi Visual Mutakhir

Material dan Ergonomi: Sentuhan Mewah vs Ketangguhan Praktis

Oppo Find X9 Pro mengusung pendekatan less is more. Dengan bodi kaca Gorilla Glass dan rangka aluminium, ponsel ini terasa seperti perhiasan teknologi—halus, padat, dan elegan. Bobotnya sedikit lebih berat, memberikan kesan soliditas premium.


Sebaliknya, Honor Magic8 Pro memilih Giant Rhino Glass, material yang diklaim 2x lebih tahan benturan daripada Gorilla Glass Victus 2. Desainnya lebih futuristik, dengan sudut yang tegas dan profil sedikit lebih ramping. Hasilnya? Lebih nyaman digenggam dalam waktu lama, terutama bagi pengguna berukuran tangan kecil atau sedang.


Keduanya memiliki sertifikasi IP68/IP69, artinya tahan debu, rendaman air hingga 1,5 meter selama 30 menit, bahkan semburan air bertekanan tinggi—ideal untuk petualang atau pengguna aktif.


Kesimpulan Desain: Oppo menang di estetika mewah; Honor unggul di ergonomi dan ketahanan praktis. 


Layar: 3600 Nit vs 6000 Nit – Perang Kecerahan yang Menentukan Pengalaman

Layar adalah jendela utama interaksi pengguna, dan di sini, Honor Magic8 Pro mencetak rekor. Dengan kecerahan puncak 6000 nit, ini adalah salah satu layar paling terang di dunia smartphone—melebihi iPhone 16 Pro Max dan Samsung Galaxy S25 Ultra.

  • Oppo Find X9 Pro: LTPO AMOLED, 1 miliar warna, Dolby Vision, HDR10+, 3600 nit
  • Honor Magic8 Pro: LTPO OLED, HDR Vivid, 6000 nit, 4320Hz PWM dimming


PWM (Pulse Width Modulation) pada Honor mencapai 4320Hz, jauh di atas ambang aman 1250Hz yang direkomendasikan untuk mengurangi kelelahan mata. Ini berarti penggunaan malam hari jauh lebih nyaman, tanpa rasa perih atau sakit kepala akibat flicker tak kasat mata.


Sementara itu, Oppo unggul dalam reproduksi warna sinematik, berkat integrasi Dolby Vision—ideal untuk menonton film Netflix atau Disney+ dalam kualitas HDR terbaik.


Kesimpulan Layar: Honor menang mutlak dalam kecerahan dan kenyamanan mata; Oppo unggul untuk pengalaman multimedia premium. 


Performa & Baterai: MediaTek vs Snapdragon – Pertarungan Chipset Generasi Baru

Chipset: Dimensity 9500 vs Snapdragon 8 Elite Gen 5

  • Oppo Find X9 Pro: MediaTek Dimensity 9500 (3nm), arsitektur C1 custom core
  • Honor Magic8 Pro: Qualcomm Snapdragon 8 Elite Gen 5 (3nm), CPU Oryon, GPU Adreno 840


Meski keduanya berbasis proses 3nm, Snapdragon 8 Elite Gen 5 menunjukkan keunggulan dalam:


  • Thermal throttling lebih rendah saat gaming berat
  • Performa AI 2,3x lebih cepat (penting untuk asisten pintar, fotografi AI, dll)
  • GPU Adreno 840 memberikan frame rate lebih stabil di game seperti Genshin Impact atau Honkai: Star Rail


Benchmark menunjukkan Honor unggul 12–15% dalam skor Geekbench dan 18% di 3DMark Wild Life Extreme.


Namun, Oppo tak kalah cerdas: Dimensity 9500 lebih hemat daya pada tugas ringan hingga sedang, berkat efisiensi arsitektur C1-nya.


Kesimpulan Performa: Honor lebih kuat untuk gaming dan AI; Oppo lebih efisien untuk penggunaan harian. 


Baterai & Pengisian Daya: Daya Tahan vs Kecepatan


Fitur
Oppo Find X9 Pro
Honor Magic8 Pro
Kapasitas
7500 mAh
7200 mAh (6270 mAh di Eropa)
Pengisian Kabel
80W
120W
Pengisian Nirkabel
50W
80W
Reverse Charging
10W nirkabel
10W kabel + 15W nirkabel


  • Oppo: Bisa bertahan 1,5–2 hari untuk penggunaan ringan, 1 hari penuh untuk heavy user.
  • Honor: Baterai 0–100% dalam 18 menit berkat 120W—tercepat di kelasnya.


Kesimpulan Baterai: Oppo menang di ketahanan; Honor di kecepatan pengisian dan fleksibilitas daya. 


Kamera: Hasselblad Natural vs Sensor Raksasa Honor

Kamera Belakang: Filosofi Fotografi yang Berbeda


Oppo Find X9 Pro:

  • Wide: 50MP (Hasselblad-tuned)
  • Tele: 200MP periskop (3x optical)
  • Ultrawide: 50MP


Honor Magic8 Pro:

  • Wide: 50MP (sensor 1/1.3")
  • Tele: 200MP periskop (3.7x optical)
  • Ultrawide: 50MP (lebih besar aperture)


Honor unggul di zoom dan low-light berkat algoritma AI dan sensor fisik yang lebih besar. Hasil foto malam hari lebih bersih, detail lebih tajam.


Oppo unggul di warna alami dan dinamika cahaya, berkat kalibrasi Hasselblad—warna kulit, langit, dan bayangan terasa lebih realistis, bukan “dipermak” AI.


Untuk video, Oppo mendukung Dolby Vision 4K/60fps, memberikan rentang dinamis lebih luas—pilihan utama kreator konten.


Kesimpulan Kamera Belakang: Honor untuk zoom & low-light; Oppo untuk warna alami & video profesional. 


Kamera Depan: AI Depth Mapping vs Natural Clarity

Honor membawa TOF 3D sensor tambahan di depan, memungkinkan:


  • Face ID yang lebih aman
  • Efek bokeh dengan kedalaman presisi
  • Pemetaan wajah 3D untuk AR dan keamanan biometrik


Oppo tetap mengandalkan satu sensor 50MP dengan gyro-EIS, menghasilkan rekaman selfie yang stabil dan natural—tanpa “efek plastik” dari over-processing AI.


Kesimpulan Selfie: Honor menang di fitur dan keamanan; Oppo di keaslian visual. 


Harga & Nilai Jangka Panjang: $800 vs $850 – Apa yang Anda Dapatkan?


Aspek
Oppo Find X9 Pro
Honor Magic8 Pro
Harga
$799
$849
Update OS
5 tahun
7 tahun
Fitur Eksklusif
Satellite SOS (1TB varian), Ultrasonic fingerprint
Face ID, Emergency satellite calls, 6000-nit display


Honor menawarkan masa depan yang lebih panjang—7 pembaruan Android berarti dukungan hingga 2032, menjadikannya investasi jangka panjang yang lebih aman.


Namun, Oppo memberikan nilai lebih bagi yang mengutamakan baterai besar, desain mewah, dan pengalaman kamera yang tidak “terlalu AI”.


Kesimpulan Akhir: Siapa Pemenang Sebenarnya?


Pilih Honor Magic8 Pro jika Anda:

  • Ingin performa puncak & gaming lancar
  • Butuh pengisian super cepat
  • Mengutamakan keamanan biometrik (Face ID)
  • Berencana pakai ponsel >5 tahun


Pilih Oppo Find X9 Pro jika Anda:

  • Menghargai desain elegan & nuansa premium
  • Butuh baterai tahan lama
  • Lebih suka foto/video natural tanpa over-AI
  • Sering menonton konten HDR/Dolby Vision


Verdict Akhir:

  • Honor Magic8 Pro adalah flagship masa depan—lebih cepat, lebih terang, lebih tahan lama.
  • Oppo Find X9 Pro adalah flagship yang seimbang—lebih tenang, lebih awet, lebih artistik. 


Keduanya luar biasa. Tapi pilihan terbaik bergantung pada prioritas Anda—kecepatan ekstrem atau harmoni sempurna?

Baterai Gahar vs Kamera 200MP: Berikut Perbandingan Vivo X300 vs Xiaomi 17

Baterai Gahar vs Kamera 200MP: Berikut Perbandingan Vivo X300 vs Xiaomi 17

Baterai Gahar vs Kamera 200MP: Berikut Perbandingan Vivo X300 vs Xiaomi 17

Musim peluncuran flagship Android di Tiongkok sedang memanas. Hampir semua merek besar—dari Vivo hingga Xiaomi—telah menghadirkan ponsel andalan terbarunya, masing-masing dibekali chipset terkini, layar premium, dan baterai berkapasitas besar. Di tengah persaingan ketat ini, dua nama mencuat sebagai kandidat terkuat: Vivo X300 dan Xiaomi 17.


Keduanya tampil sebagai ponsel compact flagship yang ideal untuk pengguna yang menginginkan performa tinggi tanpa ukuran raksasa. Namun di balik spesifikasi yang tampak seimbang, terdapat perbedaan strategis yang bisa menentukan pilihan Anda.


Artikel ini menyajikan perbandingan mendalam dan objektif antara Vivo X300 dan Xiaomi 17—mulai dari desain, layar, performa, kamera, baterai, hingga fitur pendukung—untuk membantu Anda memilih ponsel yang benar-benar sesuai kebutuhan.


Desain dan Ketahanan: Premium, Ringkas, dan Tahan Air Ekstrem

Kedua ponsel hadir dengan dimensi yang hampir identik: tinggi sekitar 150 mm dan bobot di bawah 200 gram, menjadikannya nyaman digenggam meski berstatus flagship. Keduanya menggunakan rangka aluminium dan lapisan kaca premium di bagian depan dan belakang.


Namun, Vivo X300 sedikit lebih unggul dalam hal ketahanan lingkungan. Selain sertifikasi IP68 (tahan debu dan air hingga 1,5 meter selama 30 menit), Vivo juga mengantongi sertifikasi IP69—standar militer yang menjamin ketahanan terhadap semburan air bertekanan tinggi dan suhu ekstrem. Meski jarang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, sertifikasi ini menunjukkan komitmen Vivo terhadap ketangguhan ekstra.


Xiaomi 17, sementara itu, menggunakan Dragon Crystal Glass—varian kaca tahan gores generasi terbaru yang diklaim 10x lebih tahan benturan dibanding kaca konvensional. Keduanya terasa kokoh, mewah, dan siap menemani aktivitas harian tanpa khawatir.


Layar: Kecerahan Ekstrem vs Konten Premium dengan Dolby Vision

Kedua perangkat mengusung panel LTPO AMOLED dengan refresh rate adaptif 120Hz dan modulasi kecerahan 2160Hz PWM, yang efektif mengurangi kelelahan mata saat digunakan dalam gelap.


  • Vivo X300: Layar 6,31 inci dengan kecerahan puncak 4.500 nits
  • Xiaomi 17: Layar 6,3 inci dengan kecerahan puncak 3.500 nits

Perbedaan 1.000 nits mungkin terdengar besar di atas kertas, tapi dalam praktiknya, keduanya sama-sama sangat terang bahkan di bawah sinar matahari langsung. Namun, jika Anda sering beraktivitas di luar ruangan, Vivo X300 sedikit lebih unggul dalam visibilitas ekstrem.


Di sisi konten, Xiaomi 17 mencuri perhatian dengan dukungan Dolby Vision—standar HDR premium yang digunakan oleh Netflix, Apple TV+, dan YouTube untuk konten berkualitas bioskop. Vivo hanya mendukung HDR10+ dan HDR Vivid, yang tetap bagus, tapi tidak seluas ekosistem Dolby.


Resolusi keduanya berada di kisaran 1220–1260p, cukup tajam untuk ukuran layar ini, dengan teks yang jernih dan animasi yang halus.


Performa: Dimensity 9500 vs Snapdragon 8 Elite Gen 5 – Siapa Lebih Cepat?

Di jantung pertarungan ini terdapat dua chipset 3nm terbaru:


  • Vivo X300: MediaTek Dimensity 9500
  • CPU: 1x ARM C1-Ultra (4,21 GHz) + 3x C1-Premium (3,5 GHz) + 4x C1-Efficient
  • GPU: ARM Immortalis-G1 Ultra
  • Xiaomi 17: Qualcomm Snapdragon 8 Elite Gen 5
  • CPU: 2x Oryon V3 Phoenix L (4,6 GHz) + 6x Phoenix M (3,62 GHz)
  • GPU: Adreno 840


Secara arsitektur, Snapdragon unggul dalam komputasi berat dan gaming berkat core Oryon yang lebih agresif dan GPU Adreno yang dioptimalkan untuk game AAA. Benchmark menunjukkan selisih 10–15% dalam skor CPU dan hingga 20% di GPU.


Namun, Dimensity 9500 tidak kalah dalam efisiensi daya. Dalam penggunaan sehari-hari—scroll media sosial, multitasking, streaming—keduanya terasa sama cepat dan responsif.


Sistem operasi juga berperan:


  • Vivo X300 berjalan di OriginOS 6 (berbasis Android 16), dengan antarmuka minimalis dan animasi halus.
  • Xiaomi 17 menggunakan HyperOS 3, yang menawarkan lebih banyak kustomisasi, integrasi ekosistem MIoT, dan fitur produktivitas canggih.


Kamera: 200MP Zeiss vs Triple 50MP Leica – Mana yang Lebih Tajam?

Ini adalah arena paling menarik dalam duel ini.


Vivo X300 – Fleksibilitas Fotografi Profesional

  • Kamera utama: 200MP dengan OIS, sensor besar, dan lensa Zeiss T*
  • Telefoto: 50MP periskop dengan zoom optik hingga 5x
  • Ultrawide: 50MP
  • Fitur unik: 3D LUT import, laser autofocus, dan dukungan aksesori eksternal (termasuk telephoto extender hingga 200mm)

Vivo menargetkan fotografer mobile serius yang ingin kontrol penuh atas warna, fokus, dan komposisi—mirip pengalaman DSLR dalam genggaman.


Xiaomi 17 – Konsistensi dan Estetika Leica

  • Triple 50MP: utama, telefoto (2,6x optik), ultrawide
  • Tuning optik oleh Leica, dengan dua mode: Authentic (natural) dan Vibrant (kontras tinggi)
  • Rekaman video depan mendukung HDR10+ dan gyro-EIS

Meski resolusi lebih rendah, sistem Xiaomi menawarkan konsistensi warna dan kedalaman yang khas Leica, terutama dalam potret dan pemandangan. Hasilnya lebih "siap pakai" tanpa perlu editing.


Kesimpulan kamera:


  • Butuh detail ekstrem dan fleksibilitas? Pilih Vivo X300.
  • Ingin hasil instan dengan estetika ikonik? Pilih Xiaomi 17.


Baterai dan Pengisian Daya: Xiaomi 17 Juara Ketahanan

Di sini, Xiaomi 17 benar-benar mendominasi:


Fitur
Vivo X300
Xiaomi 17
Kapasitas Baterai
6.040 mAh
7.000 mAh
Pengisian Kabel
90W
100W
Pengisian Nirkabel
40W
50W
Reverse Wireless
Tidak disebutkan
22,5W

Perbedaan hampir 1.000 mAh sangat signifikan. Xiaomi 17 bisa bertahan dua hari penuh untuk penggunaan ringan, atau sehari penuh plus untuk pengguna berat. Vivo tetap andal, tapi Xiaomi jelas unggul untuk traveler, gamer, atau pekerja lapangan.


Audio, Konektivitas, dan Fitur Tambahan

  • Audio: Xiaomi 17 menang berkat Dolby Atmos, Snapdragon Sound, dan dukungan Hi-Res Audio 24-bit/192kHz. Vivo memiliki speaker stereo yang jernih, tapi kurang "berwarna".
  • Konektivitas: Keduanya mendukung Wi-Fi 7, Bluetooth 5.4, NFC, IR blaster, GPS multi-band.


Fitur unik:

  • Vivo X300: eSIM internasional (ideal untuk traveler global)
  • Xiaomi 17: DisplayPort over USB-C (bisa jadi pengganti laptop ringan saat disambung ke monitor)

Verdict: Tidak Ada yang Kalah, Tapi Ada yang Lebih Cocok untuk Anda


Pilih Vivo X300 jika Anda:

  • Mengutamakan kualitas kamera ekstrem dan fleksibilitas kreatif
  • Sering berada di bawah terik matahari (layar 4.500 nits!)
  • Menghargai desain minimalis dan ketahanan IP69


Pilih Xiaomi 17 jika Anda:

  • Butuh baterai tahan lama dan pengisian super cepat
  • Menikmati konten HDR premium (Dolby Vision, Netflix, YouTube)
  • Suka gaming, multitasking berat, atau integrasi ekosistem pintar


Keduanya adalah flagship terbaik tahun 2025 dalam kelasnya. Tidak ada pemenang mutlak—hanya pilihan yang tepat berdasarkan gaya hidup Anda.

Ini Dia Smartwatch Outdoor Terkuat 2025: Coros Apex 4 dengan GNSS Dual-Band & 32GB Penyimpanan

Ini Dia Smartwatch Outdoor Terkuat 2025: Coros Apex 4 dengan GNSS Dual-Band & 32GB Penyimpanan

Ini Dia Smartwatch Outdoor Terkuat 2025: Coros Apex 4 dengan GNSS Dual-Band & 32GB Penyimpanan

Dunia wearable tech kembali diguncang dengan kehadiran Coros Apex 4, generasi terbaru smartwatch outdoor yang dirancang khusus untuk atlet ekstrem, pendaki gunung, pelari trail, dan petualang sejati. Setelah lama dinantikan, Coros secara resmi meluncurkan seri Apex 4 di Tiongkok, menawarkan kombinasi desain premium, ketahanan ekstrem, akurasi navigasi tinggi, dan daya tahan baterai luar biasa—semua dalam satu perangkat ringan yang nyaman dipakai selama berhari-hari.


Dengan bodi berbahan titanium Grade 5, layar anti-silau berbasis teknologi MIP generasi ketiga, serta dukungan sistem navigasi satelit dual-band (L1+L5), Coros Apex 4 bukan sekadar jam tangan—melainkan komputer navigasi portabel yang siap menemani misi petualangan paling menantang di hutan, gunung, atau gurun.


Artikel ini mengupas tuntas spesifikasi teknis, fitur unggulan, perbandingan model, harga global, serta keunggulan Coros Apex 4 dibanding kompetitor seperti Garmin, Suunto, dan Amazfit T-Rex 3 Pro.


Desain Tangguh dengan Material Premium: Ringan Tapi Kokoh

Coros memahami bahwa smartwatch outdoor harus ringan namun tahan banting. Maka, Apex 4 hadir dalam dua ukuran:


  • 42mm (berat hanya 56 gram dengan tali silikon)
  • 46mm (64 gram dengan tali silikon)


Keduanya menggunakan bezel dari titanium Grade 5, material yang dikenal kuat, tahan korosi, dan 45% lebih ringan daripada baja tahan karat. Layarnya dilindungi kaca sapphire, salah satu material paling tahan gores di industri jam tangan premium.


Layar memakai panel Memory-in-Pixel (MIP) generasi ketiga, yang menawarkan visibilitas sempurna di bawah sinar matahari langsung—tanpa perlu menaikkan kecerahan seperti layar AMOLED. Teknologi ini juga jadi kunci utama efisiensi daya, memungkinkan baterai bertahan hingga 24 hari pada model 46mm.


Akurasi Navigasi Kelas Atas: Dual-Band GNSS & Peta Offline

Salah satu keunggulan utama Coros Apex 4 adalah sistem penentuan posisi berbasis dual-frequency GNSS (L1 + L5). Fitur ini memungkinkan jam tangan menerima sinyal dari dua frekuensi berbeda, mengurangi kesalahan akibat pantulan sinyal (multipath error)—umum terjadi di lembah sempit, hutan lebat, atau kawasan perkotaan padat.


Apex 4 mendukung lima sistem satelit global:


  • GPS (Amerika)
  • GLONASS (Rusia)
  • Galileo (Eropa)
  • Beidou (Tiongkok)
  • QZSS (Jepang)


Hasilnya? Pelacakan rute lebih akurat, bahkan saat Anda berada di bawah kanopi hutan Kalimantan atau di antara tebing curam Pegunungan Alpen.


Tak hanya itu, Coros menyematkan peta topografi, satelit, dan jalan raya secara offline—semua bisa diakses via layar sentuh penuh. Pengguna bisa menandai checkpoint, mengatur rute balik (backtrack), atau mengaktifkan navigasi turn-by-turn tanpa koneksi internet.


Sensor Canggih untuk Performa & Kesehatan Atlet

Coros Apex 4 dilengkapi rangkaian sensor mutakhir:


  • Barometer presisi tinggi untuk pelacakan ketinggian dan prediksi cuaca
  • Sensor detak jantung optik generasi baru
  • Pulse Ox (SpO₂) untuk memantau kadar oksigen darah
  • Termometer lingkungan
  • Kompas magnetik & giroskop 6-sumbu


Fitur EvoLab—platform analitik performa Coros—mengolah data ini menjadi insight mendalam:


  • VO₂ max
  • Beban latihan
  • Pemulihan optimal
  • Aklimatisasi ketinggian


Bagi pendaki gunung, fitur altitude acclimation tracking sangat berharga. Jam ini memantau adaptasi tubuh terhadap ketinggian, memberi peringatan jika risiko AMS (Acute Mountain Sickness) meningkat.


Daya Tahan Baterai yang Mengagumkan

Berikut perbandingan ketahanan baterai Coros Apex 4:


Mode Penggunaan
Apex 4 (42mm)
Apex 4 (46mm)
Penggunaan Harian
15 hari
24 hari
GPS Standar
41 jam
65 jam
GPS Dual-Band Presisi
26 jam
41 jam


Kedua model mendukung pengisian cepat: 0–100% dalam kurang dari 2 jam. Dengan 32GB memori internal, pengguna bisa menyimpan ribuan lagu offline dan memutar via Bluetooth ke earphone—tanpa perlu membawa ponsel saat lari atau bersepeda.


Kontrol Kamera Aksi Langsung dari Pergelangan Tangan

Inovasi menarik lain: Coros Apex 4 bisa mengendalikan kamera aksi dari merek ternama seperti GoPro, DJI Osmo Action, dan Insta360. Pengguna cukup tekan tombol di jam untuk mulai merekam, mengganti mode, atau mengambil foto—sempurna untuk dokumentasi petualangan tanpa repot mengeluarkan perangkat lain.


Harga dan Ketersediaan Global

Tiongkok:

  • Apex 4 42mm: ¥2,699 (~Rp5,8 juta)
  • Apex 4 46mm: ¥2,969 (~Rp6,4 juta)


Pasar Global:

  • 42mm: $429
  • 46mm: $479

Jam ini sudah tersedia di situs resmi Coros dan mitra ritel global. Versi global mendukung multi-bahasa, termasuk Bahasa Indonesia.


Perbandingan Singkat dengan Kompetitor: Amazfit T-Rex 3 Pro

Tak lama setelah peluncuran Apex 4, Amazfit merilis T-Rex 3 Pro dengan layar AMOLED 44mm dan ketahanan air 10ATM. Namun, T-Rex 3 Pro tidak mendukung GNSS dual-band, hanya memiliki 8GB penyimpanan, dan baterainya bertahan sekitar 20 hari dalam mode dasar—masih di bawah Apex 4 46mm.


Bagi pengguna yang mengutamakan akurasi navigasi dan daya tahan ekstrem, Coros Apex 4 tetap menjadi pilihan utama.


Kesimpulan: Smartwatch Outdoor Terbaik untuk Petualang Serius

Coros Apex 4 bukan untuk pengguna biasa. Ini adalah alat profesional bagi mereka yang menghabiskan berhari-hari di alam liar, membutuhkan navigasi andal, data fisiologis akurat, dan baterai yang tak cepat habis.


Dengan kombinasi titanium ringan, GNSS dual-band, peta offline, 32GB penyimpanan, dan baterai 24 hari, Coros sekali lagi membuktikan diri sebagai pemain utama di segmen smartwatch olahraga premium—bahkan menyaingi raksasa seperti Garmin Fenix 7.


Bagi atlet, pendaki, atau petualang urban yang ingin perangkat serba bisa tanpa kompromi, Coros Apex 4 layak jadi investasi utama tahun 2025.

Tampil seperti Speaker, Chatreey EX1 Ini Isinya Ryzen 7 — Mini PC Paling Unik Tahun Ini

Tampil seperti Speaker, Chatreey EX1 Ini Isinya Ryzen 7 — Mini PC Paling Unik Tahun Ini

Tampil seperti Speaker, Chatreey EX1 Ini Isinya Ryzen 7 — Mini PC Paling Unik Tahun Ini

Di tengah maraknya tren perangkat kompak berperforma tinggi, muncul sebuah inovasi yang membuat banyak orang berhenti sejenak: sebuah mini PC yang tampil dan berfungsi layaknya speaker Bluetooth premium. Namanya Chatreey EX1, dan ia bukan hanya menawarkan spesifikasi hardware kelas atas, tapi juga sistem audio terintegrasi berkekuatan 10 watt dengan dual subwoofer dan DAC 24-bit.


Bayangkan: Anda tak perlu lagi menyambungkan speaker eksternal untuk menonton film, mendengarkan musik, atau mengikuti rapat virtual. Cukup nyalakan mini PC ini—dan suara berkualitas langsung mengalun dari perangkat itu sendiri. Tapi apakah konsep hybrid ini benar-benar praktis? Atau justru mengorbankan fungsi utamanya sebagai komputer?


Artikel ini mengupas tuntas desain revolusioner, spesifikasi teknis, kelebihan, kekurangan, serta nilai guna nyata dari Chatreey EX1—mini PC paling unik yang hadir di paruh kedua 2025.


Desain yang Menipu: Mirip Speaker Bluetooth, Tapi Isinya Ryzen 7

Saat pertama kali melihat Chatreey EX1, kebanyakan orang akan mengira ini adalah speaker nirkabel silinder ala JBL atau Bose. Bentuknya kompak, permukaannya berbalut kain akustik, dan bagian atasnya dilengkapi panel kontrol sentuh minimalis. Namun, di balik kulit “speaker” tersebut, tersimpan prosesor AMD Ryzen 7 8745HS—chipset performa tinggi yang biasanya ditemukan di laptop gaming atau workstation ringkas.


Desain ini bukan sekadar estetika. Chatreey sengaja memanfaatkan ruang internal yang biasanya terbuang di mini PC konvensional untuk menanamkan komponen audio berkualitas. Hasilnya? Sebuah perangkat yang menggabungkan fungsi komputasi dan hiburan audio dalam satu wujud, tanpa perlu kabel tambahan atau perangkat pendukung.


Sistem Audio Terintegrasi: Bukan Sekadar Speaker Mainan

Salah satu kekhawatiran utama konsumen terhadap perangkat hybrid adalah kualitas audio yang “asal ada”. Namun, Chatreey tampaknya serius dalam hal ini. EX1 dilengkapi:


  • Speaker stereo 10W (5W per channel)
  • Dual subwoofer mini untuk respons bass yang lebih dalam
  • DAC (Digital-to-Analog Converter) 24-bit untuk reproduksi suara yang akurat dan minim distorsi


Kombinasi ini memungkinkan EX1 menghasilkan suara yang jauh melampaui speaker built-in pada laptop atau monitor biasa. Untuk penggunaan sehari-hari—seperti streaming musik, menonton YouTube, atau konferensi video—kualitas audionya sudah lebih dari cukup, bahkan mungkin menggantikan speaker desktop kecil.


Namun, perlu dicatat: EX1 tidak memiliki baterai. Artinya, meski tampil seperti speaker portabel, ia harus selalu terhubung ke sumber daya listrik. Ini membatasi fleksibilitas penggunaan sebagai speaker nirkabel murni, karena perangkat hanya aktif saat mini PC-nya menyala.


Spesifikasi Hardware: Performa Tinggi dalam Tubuh Mungil

Jangan tertipu ukurannya. Chatreey EX1 adalah mini PC berotot yang mampu menangani tugas berat:


  • Prosesor: AMD Ryzen 7 8745HS (8 core / 16 thread, hingga 5.1 GHz)
  • GPU Terintegrasi: Radeon 780M (salah satu iGPU tercepat di kelasnya)
  • RAM: 2 slot SODIMM, mendukung hingga 64GB DDR5
  • Penyimpanan: 2 slot M.2 2280 PCIe 4.0 NVMe SSD


Konektivitas:

  • USB4 (dengan dukungan DisplayPort dan pengisian daya)
  • 3x USB-A 3.2, 1x USB 2.0
  • HDMI 2.1 + DisplayPort 2.1 (dukungan dual 4K@120Hz)
  • Wi-Fi 6 dan Bluetooth 5.3
  • Jack audio 3.5mm

Dengan spesifikasi ini, EX1 mampu menjalankan aplikasi desain grafis, editing video ringan, gaming kasual, hingga virtualisasi—semua dalam casing seukuran speaker Bluetooth besar.


Kelebihan Utama Chatreey EX1

Desain Multifungsi yang Hemat Ruang

  • Ideal untuk meja kerja minimalis, kamar kos, atau ruang hiburan kecil. Satu perangkat, dua fungsi utama.

Audio Berkualitas Tanpa Perangkat Tambahan

  • Menghilangkan kebutuhan akan speaker eksternal untuk penggunaan umum.

Performa Komputasi Kelas Atas

  • Ryzen 7 8745HS + Radeon 780M menawarkan daya pemrosesan yang kompetitif bahkan melawan beberapa laptop premium.

Ekspansi Masa Depan yang Fleksibel

  • Dua slot RAM dan dua SSD memungkinkan upgrade sesuai kebutuhan.


Kekurangan dan Pertimbangan Penggunaan

Meski inovatif, konsep hybrid ini punya batasan:


1. Tidak Ada Baterai = Bukan Speaker Portabel

Anda tidak bisa membawa EX1 ke taman atau dapur lalu memutarnya sebagai speaker Bluetooth mandiri. Ia hanya berfungsi saat terpasang ke listrik dan dalam keadaan hidup sebagai PC.


2. Potensi Interferensi Termal

Menempatkan driver speaker dan amplifier di dekat komponen panas (CPU/GPU) berisiko memengaruhi kualitas suara atau umur komponen audio—meski Chatreey mengklaim telah mengisolasi termal dengan baik.


3. Harga Relatif Tinggi

Dengan harga mulai USD 479,97 (untuk konfigurasi 32GB RAM + 1TB SSD), EX1 berada di segmen premium. Apakah nilai tambah sistem audionya sepadan bagi Anda?


Untuk Siapa Mini PC Ini Cocok?

  • Profesional kreatif yang butuh performa tinggi dan audio berkualitas di ruang terbatas
  • Pengguna rumahan yang ingin setup PC minimalis tanpa kabel speaker berantakan
  • Penggemar teknologi unik yang menghargai inovasi desain fungsional
  • Streamer atau konten kreator yang butuh output audio jernih tanpa setup rumit


Namun, gamer hardcore atau audiophile mungkin tetap memilih speaker eksternal dan mini PC konvensional untuk kontrol penuh atas kualitas suara dan pendinginan.


Perbandingan dengan Mini PC Konvensional

Fitur
Chatreey EX1
Mini PC Biasa (e.g., Minisforum, Intel NUC)
Sistem Audio Internal
✅ 10W stereo + dual subwoofer + DAC 24-bit
❌ Hanya jack audio atau speaker kecil
Desain Estetika
Mirip speaker premium
Kotak metal/plastik standar
Portabilitas Audio
❌ Butuh daya listrik terus-menerus
❌ Tidak relevan
Harga (32GB/1TB)
~USD 480
~USD 400–450
Fleksibilitas Upgrade
✅ 2 RAM + 2 SSD
Bergantung model


Kesimpulan: Inovasi yang Berani, Tapi Harus Sesuai Kebutuhan

Chatreey EX1 bukan sekadar gimmick. Ini adalah eksperimen desain yang matang, menggabungkan dua kebutuhan modern—komputasi ringkas dan audio berkualitas—dalam satu perangkat elegan. Meski punya keterbatasan (terutama soal portabilitas audio), nilai tambahnya sangat nyata bagi pengguna yang mengutamakan kesederhanaan, estetika, dan efisiensi ruang.


Jika Anda lelah dengan meja penuh kabel speaker, atau ingin setup PC yang terlihat seperti perangkat hiburan premium, Chatreey EX1 layak dipertimbangkan. Namun, pastikan Anda memahami bahwa ini tetap sebuah mini PC terlebih dahulu—bukan speaker portabel.


Di era di mana teknologi semakin menyatu dengan kehidupan sehari-hari, inovasi seperti ini mungkin hanya awal dari masa depan perangkat hybrid yang lebih cerdas, lebih indah, dan lebih fungsional.

Apple Siapkan Kejutan di iPhone 18: RAM Meningkat 50%, Ini Detailnya!

Apple Siapkan Kejutan di iPhone 18: RAM Meningkat 50%, Ini Detailnya!

Apple Siapkan Kejutan di iPhone 18: RAM Meningkat 50%, Ini Detailnya!

Menurut laporan dari The Bell Korea, iPhone 18 yang akan datang diperkirakan akan mengalami peningkatan signifikan dalam kapasitas RAM—dari 8GB menjadi 12GB. Langkah ini membuat model standar sejajar dengan varian Pro seperti iPhone 17 Pro, yang sudah menggunakan RAM 12GB. Peningkatan ini dipandang sebagai bagian dari upaya Apple untuk memperkuat fokusnya pada Apple Intelligence, yang membutuhkan pemrosesan lokal yang lebih kuat untuk menjaga privasi pengguna.


Samsung Suplai Modul RAM Baru untuk iPhone 18

Samsung dikabarkan akan menyediakan modul RAM generasi berikutnya, yakni LPDDR5X, kepada Apple. Selain Samsung, produsen lain seperti SK Hynix dan Micron juga turut membantu memenuhi kebutuhan produksi. LPDDR5X ini tidak hanya lebih cepat tetapi juga lebih hemat daya dibandingkan dengan LPDDR5 yang digunakan pada iPhone 17.


Teknologi baru ini akan memberikan dorongan signifikan pada performa perangkat, terutama untuk tugas-tugas yang membutuhkan banyak sumber daya, seperti pemrosesan AI, gaming, dan augmented reality (AR).


Rencana Peluncuran iPhone 18

iPhone 18 rencananya akan dirilis dalam dua tahap. Varian premium seperti iPhone 18 Pro dan iPhone 18 Pro Max, bersama dengan iPhone Air 2 dan iPhone lipat pertama dari Apple, diperkirakan akan meluncur pada akhir tahun 2026. Semua perangkat ini akan didukung oleh chip A20 berbasis proses manufaktur 2nm dari TSMC, yang menjanjikan peningkatan performa dan efisiensi energi.


Sementara itu, varian standar iPhone 18 dan kemungkinan iPhone 18e diperkirakan akan hadir pada awal tahun 2027. Strategi peluncuran bertahap ini memungkinkan Apple untuk memastikan pasokan komponen yang cukup serta menjaga ekspektasi konsumen tetap tinggi.


Manfaat RAM 12GB untuk Pengalaman Pengguna

Meskipun peningkatan dari 8GB ke 12GB mungkin tampak tidak signifikan pada pandangan pertama, ini merupakan langkah penting bagi Apple. Dengan meningkatnya kompleksitas fitur Apple Intelligence, tambahan RAM ini akan memungkinkan perangkat untuk menjalankan aplikasi berat secara mulus tanpa mengorbankan kinerja aplikasi lain yang sedang berjalan di latar belakang.


Selain itu, RAM yang lebih besar juga akan mendukung pengalaman multitasking yang lebih baik, menjadikan iPhone 18 semakin cocok untuk kebutuhan profesional dan hiburan modern.


Harga yang Mungkin Naik

Meski spesifikasi meningkat, analis memprediksi bahwa biaya produksi yang lebih tinggi akibat adopsi chip 2nm dari TSMC dapat menyebabkan harga dasar iPhone 18 naik $50–$100 dibandingkan dengan iPhone 17. Namun, para penggemar Apple tampaknya tidak terlalu khawatir dengan kenaikan harga ini. Di platform sosial X (sebelumnya Twitter), banyak pengguna yang merasa bahwa peningkatan RAM adalah langkah yang sudah lama dinantikan, terutama untuk menjaga kompetitivitas dengan pesaing Android seperti Samsung Galaxy S26 dan Vivo X300 series.


Komparasi dengan Kompetitor

Dalam beberapa tahun terakhir, ponsel flagship Android telah menawarkan RAM hingga 16GB atau lebih, memberikan keunggulan dalam hal multitasking dan performa. Dengan peningkatan ini, Apple berusaha mengejar ketertinggalan dan memastikan bahwa iPhone tetap kompetitif di pasar yang semakin kompetitif.


Namun, selain RAM, Apple juga memperhatikan aspek lain seperti optimasi sistem operasi iOS dan integrasi antar-perangkat dalam ekosistemnya. Hal ini menjadikan iPhone bukan hanya tentang jumlah RAM, tetapi juga tentang bagaimana sumber daya tersebut dimanfaatkan secara efisien.


Kesimpulan

iPhone 18 standar yang dilengkapi RAM 12GB adalah langkah strategis Apple untuk memperkuat posisinya di pasar smartphone premium. Dengan dukungan teknologi terbaru seperti LPDDR5X dan chip A20 berbasis 2nm, perangkat ini siap memberikan pengalaman yang lebih canggih dan lancar. Meskipun harga mungkin sedikit lebih tinggi, banyak pengguna setia Apple yang tetap antusias dengan peningkatan ini.


Bagaimana menurut Anda? Apakah peningkatan RAM menjadi faktor utama dalam membeli iPhone 18? Berikan pendapat Anda di kolom komentar!

Screen Protector di iQOO 15 Ternyata Lebih Istimewa, Apa Keunggulannya?

Screen Protector di iQOO 15 Ternyata Lebih Istimewa, Apa Keunggulannya?

 

Screen Protector di iQOO 15 Ternyata Lebih Istimewa, Apa Keunggulannya?

Baru-baru ini, iQOO meluncurkan smartphone terbarunya, iQOO 15, di pasar China dengan spesifikasi mumpuni seperti chipset Qualcomm teratas, baterai besar, dan layar flagship dari Samsung. Namun, ada satu hal penting yang perlu diperhatikan oleh calon pembeli atau pemilik ponsel ini—jangan melepas screen protector yang sudah terpasang di pabrik!

Menurut GalantV, Product Manager iQOO di Weibo, screen protector yang ditempelkan pada iQOO 15 bukanlah pelindung layar standar. Melainkan, ini adalah AR (Anti-Reflection) film yang memiliki biaya produksi beberapa kali lebih mahal dibandingkan dengan screen protector biasa.

Apa Itu AR Anti-Reflection Film?


AR anti-reflection film yang digunakan pada iQOO 15 dirancang untuk mengurangi pantulan cahaya dan meningkatkan visibilitas layar, terutama dalam kondisi pencahayaan terang. Pelapis ini juga membantu mengurangi kelelahan mata saat menggunakan ponsel dalam waktu lama.

Perusahaan menyarankan agar pengguna tetap menjaga screen protector ini terpasang kecuali jika benar-benar diperlukan. Hal ini karena AR anti-reflection film telah dikembangkan secara khusus untuk memberikan pengalaman visual yang lebih baik serta melindungi layar dari goresan sehari-hari.

Jika Screen Protector Rusak, Apa yang Harus Dilakukan?


Meskipun screen protector ini sangat berkualitas, ada kemungkinan bahwa lapisan tersebut bisa rusak akibat penggunaan jangka panjang. Untuk mengatasi hal ini, iQOO menyediakan solusi praktis bagi para pengguna.

Anda dapat mengunjungi pusat layanan resmi iQOO untuk mengganti screen protector hingga empat kali dalam setahun, dengan AR anti-reflection film yang sama persis. Selain itu, iQOO juga berencana untuk menjual screen protector ini secara terpisah melalui toko resminya, meskipun ketersediaannya belum dipastikan.

Keunggulan Layar iQOO 15 dengan AR Anti-Reflection Film


Tidak hanya menjadi pelindung tambahan, AR anti-reflection film juga bekerja bersama-sama dengan layar premium Samsung 2K "Everest" yang dimiliki iQOO 15. Layar ini menggunakan material luminous M14 terbaru dan dilengkapi dengan serangkaian teknologi perlindungan mata.

iQOO mengklaim bahwa layar ini unggul dalam tujuh aspek utama:

  • Ketajaman: Menawarkan resolusi tinggi untuk gambar yang lebih tajam.
  • Kecerahan: Memberikan kecerahan maksimal tanpa membebani konsumsi daya.
  • Warna: Akurasi warna yang lebih baik untuk pengalaman visual yang lebih hidup.
  • Kenyamanan Mata: Teknologi eye-protection untuk melindungi pengguna dari kelelahan mata.
  • Efisiensi Energi: Konsumsi daya yang lebih hemat untuk performa lebih lama.
  • Umur Panjang: Material yang tahan lama untuk durabilitas optimal.
  • Responsivitas Sentuh: Ketangkasan sentuhan yang responsif untuk kontrol lebih presisi.

Dengan kombinasi AR anti-reflection film dan layar Everest, iQOO 15 memberikan pengalaman visual yang luar biasa bahkan dalam kondisi cahaya terang sekalipun.

Rencana Peluncuran di Pasar Global


Setelah sukses di China, iQOO berencana meluncurkan iQOO 15 di India pada bulan November mendatang. Perusahaan telah mulai merilis teaser tentang fitur-fitur unggulan dari smartphone ini guna membangun antusiasme pengguna di pasar internasional.

Dengan teknologi layar canggih, chipset Qualcomm terkini, dan kapasitas baterai besar, iQOO 15 siap menjadi salah satu smartphone andalan di segmen premium. Jadi, jika Anda berencana membelinya, ingatlah saran dari iQOO—jangan lepaskan screen protector bawaan pabrik untuk menjaga kualitas layar tetap optimal.

Kesimpulan:


iQOO 15 hadir dengan inovasi screen protector berupa AR anti-reflection film yang dirancang untuk meningkatkan kenyamanan visual dan melindungi layar dari kerusakan. Perusahaan menekankan pentingnya menjaga screen protector ini tetap terpasang agar manfaatnya dapat dirasakan sepenuhnya. Jika terjadi kerusakan, pengguna dapat menggantinya di pusat layanan resmi hingga empat kali dalam satu tahun.
ChatGPT Atlas: OpenAI’s Bold Move to Revolutionize Browsing and Challenge Google!

ChatGPT Atlas: OpenAI’s Bold Move to Revolutionize Browsing and Challenge Google!

ChatGPT Atlas: OpenAI’s Bold Move to Revolutionize Browsing and Challenge Google!

OpenAI baru saja merilis ChatGPT Atlas, sebuah browser berbasis AI yang menggabungkan chatbot populer ChatGPT langsung ke dalam pengalaman browsing. Browser ini tersedia untuk macOS minggu ini, dengan dukungan Windows, iOS, dan Android dijadwalkan segera hadir. Atlas dapat diunduh secara gratis dan mendukung semua tingkatan akun ChatGPT, mulai dari Free hingga Enterprise.


Langkah ini menandai upaya OpenAI untuk merevolusi cara pengguna berinteraksi dengan internet, sambil memberikan tantangan serius kepada pemain besar seperti Google Chrome. Dengan fitur-fitur inovatif dan integrasi AI yang mulus, Atlas memiliki potensi untuk menggeser paradigma browsing modern.


Fitur Unggulan ChatGPT Atlas

1. Penggantian Address Bar dengan Antarmuka Berbasis Chat

Atlas menggantikan address bar tradisional dengan antarmuka berbasis chat. Hal ini memungkinkan pengguna berinteraksi langsung dengan AI tanpa perlu beralih tab atau menyalin teks. Fitur ini menyediakan bantuan waktu nyata saat menjelajah web, membuat proses pencarian informasi lebih cepat dan efisien.


2. Sidebar Terintegrasi untuk Pencarian dan Tugas

Sidebar bawaan Atlas memungkinkan ChatGPT untuk meringkas artikel, menjawab pertanyaan, dan membantu menyelesaikan tugas menggunakan konten halaman secara langsung. Ini memberikan solusi satu atap untuk berbagai kebutuhan pengguna, dari penelitian hingga produktivitas.


3. Agent Mode: Solusi Premium untuk Tugas Kompleks

Bagi pelanggan Plus dan Business, Atlas menawarkan fitur premium bernama Agent Mode. Mode ini memungkinkan ChatGPT melakukan langkah-langkah kompleks seperti belanja online, riset topik, dan otomatisasi alur kerja rutin. Dengan dukungan asisten kontekstual, pengguna dapat menyorot teks di email, dokumen, atau undangan dan mendapatkan bantuan instan di dalam tab yang sama.


4. Memory Features untuk Kontinuitas dan Privasi

Atlas dilengkapi dengan fitur memory yang memungkinkan ChatGPT mengingat konteks browsing pengguna. Misalnya, jika Anda sedang mencari pekerjaan atau membuat daftar, ChatGPT dapat melanjutkan tugas tersebut bahkan setelah sesi browsing selesai. Namun, bagi mereka yang khawatir tentang privasi, browser ini juga menawarkan kontrol ketat atas data. Anda dapat menonaktifkan memory, beralih ke mode incognito, atau membatasi visibilitas pada situs tertentu.


5. Impor Data dari Google Chrome

Untuk mempermudah transisi bagi pengguna yang sudah terbiasa dengan Google Chrome, Atlas memungkinkan impor data seperti bookmark, kata sandi, dan riwayat browsing. Selain itu, pengguna dapat mengatur Atlas sebagai browser default melalui menu pengaturan. Pengguna baru bahkan mendapatkan batas rate yang lebih tinggi selama minggu pertama penggunaan.


Mengapa Google Harus Khawatir?

Peluncuran ChatGPT Atlas oleh OpenAI datang di tengah persaingan ketat di industri AI. Google sendiri telah meluncurkan fitur AI berbasis Gemini di Chrome, tetapi Atlas menawarkan pendekatan yang lebih holistik dengan integrasi AI yang lebih dalam. Berikut adalah beberapa alasan mengapa Google harus waspada:


  • Integrasi AI Lebih Mulus: Atlas sepenuhnya dirancang untuk memprioritaskan interaksi AI, sehingga memberikan pengalaman browsing yang lebih cerdas dan intuitif.
  • Audience Base yang Besar: Dengan lebih dari 800 juta pengguna aktif mingguan, ChatGPT sudah memiliki basis pengguna yang luas. Atlas memungkinkan OpenAI memperluas audiens ini lebih jauh dengan menawarkan solusi browsing yang komprehensif.
  • Fokus pada Produktivitas: Agent Mode dan fitur sidebar Atlas menunjukkan bahwa OpenAI tidak hanya fokus pada pencarian informasi tetapi juga pada meningkatkan produktivitas pengguna sehari-hari.
  • Tantangan Langsung terhadap Ecosystem Google: Dengan kemampuan untuk mengimpor data dari Chrome dan menawarkan alternatif yang lebih pintar, Atlas secara langsung menantang ekosistem Google yang selama ini dominan.


Persaingan di Dunia AI Browsing

Peluncuran Atlas terjadi di tengah lonjakan minat terhadap browser berbasis AI. Beberapa pesaing lain seperti Perplexity’s Comet juga telah memasuki pasar ini, tetapi skala dan reputasi OpenAI memberikan keuntungan signifikan. Sementara itu, Google terus memperkuat integrasi AI di Chrome melalui teknologi Gemini, namun Atlas tampaknya menawarkan pendekatan yang lebih ambisius dan user-centric.


Potensi Masa Depan

OpenAI menyatakan bahwa Atlas merupakan bagian dari misinya untuk mengubah cara pengguna berinteraksi dengan web. Dengan mengintegrasikan alat AI secara langsung ke dalam alur kerja digital inti, OpenAI berharap dapat menarik lebih banyak pengguna dan memperluas cakupannya di luar platform chatbot semata.


Kehadiran Atlas juga menunjukkan bagaimana AI sedang merevolusi industri teknologi. Daripada sekadar menjadi alat tambahan, AI kini menjadi elemen integral dalam aplikasi dan layanan sehari-hari. Jika diterima dengan baik, Atlas bisa menjadi ancaman serius bagi browser tradisional seperti Google Chrome.


Kesimpulan

Dengan peluncuran ChatGPT Atlas, OpenAI menunjukkan niatnya untuk tidak hanya berfokus pada chatbot tetapi juga memperluas jejaknya di dunia teknologi melalui produk-produk inovatif seperti browser. Meskipun Google masih memegang kendali besar di pasar browser, Atlas menawarkan alternatif yang menarik dengan integrasi AI yang kuat dan fokus pada produktivitas.


Apakah Atlas akan berhasil menggoyahkan dominasi Google? Hanya waktu yang akan menjawabnya. Namun, satu hal pasti—persaingan di bidang AI browsing akan semakin sengit. Apakah Anda tertarik untuk mencoba ChatGPT Atlas? Bagikan pendapat Anda di kolom komentar!

Inovasi Baru dari Leica: Kenalkan M EV1 dengan Viewfinder Elektronik Pertama di Seri M!

Inovasi Baru dari Leica: Kenalkan M EV1 dengan Viewfinder Elektronik Pertama di Seri M!

Inovasi Baru dari Leica: Kenalkan M EV1 dengan Viewfinder Elektronik Pertama di Seri M!

Leica Camera AG baru saja mengumumkan peluncuran Leica M EV1, kamera pertama di seri M yang dilengkapi dengan viewfinder elektronik terintegrasi (EVF). Desain ini dirancang untuk mempermudah fokus serta meningkatkan akurasi, terutama saat menggunakan lensa Summilux atau Noctilux berkecepatan tinggi dengan kedalaman bidang yang dangkal, atau saat menangkap gambar dengan lensa ultra-lebar, telephoto, atau makro.


Dengan kombinasi antara estetika analog dan teknologi digital terkini, Leica M EV1 menawarkan pengalaman fotografi yang lebih intuitif tanpa mengorbankan kualitas hasil jepretan.


Fitur Unggulan Leica M EV1

1. Electronic Viewfinder dengan Pratinjau Eksposur Real-Time

Leica M EV1 dibekali viewfinder elektronik beresolusi 5,76 megapiksel, memberikan ketajaman visual dan reproduksi warna alami yang luar biasa. Salah satu keunggulan utamanya adalah kemampuan untuk menampilkan pratinjau eksposur real-time, memungkinkan fotografer melihat secara langsung bagaimana gambar akan muncul sesuai dengan pengaturan focal length dan aperture yang dipilih.


Selain itu, pengguna dapat melihat pengaturan eksposur seperti shutter speed, ISO, dan exposure value tepat di sekitar bingkai layar. Transisi antara mode EVF dan layar sentuh dilakukan secara otomatis melalui sensor mata, sehingga proses pemotretan lebih lancar. Untuk kenyamanan maksimal, tersedia roda penyesuaian dioptre yang dapat dikustomisasi dari -4 hingga +2.


2. Alat Bantu Fokus untuk Presisi Manual

Untuk mendukung pengalaman manual focus yang lebih baik, Leica M EV1 menyediakan fitur focus peaking dan focus zoom. Dengan bantuan ini, fotografer dapat mencapai hasil fokus yang tajam meskipun menggunakan lensa dengan kedalaman bidang sangat tipis.


Tombol depan yang sebelumnya digunakan untuk preview framing kini dapat diaktifkan untuk fitur tambahan seperti focus assist atau digital zoom (1,3x atau 1,8x), memberikan fleksibilitas lebih saat melakukan pemotretan detail.


3. Sensor Full-Frame dengan Triple Resolution Technology

Berbasis platform Leica M11, kamera ini dilengkapi dengan sensor full-frame BSI-CMOS yang mendukung Triple Resolution Technology. Pengguna dapat memilih resolusi pengambilan gambar pada 60, 36, atau 18 megapiksel sesuai kebutuhan. Prosesor Maestro III memastikan pengolahan data gambar yang cepat, dengan penyimpanan pada memori internal 64 GB atau kartu SD.


File gambar dapat disimpan dalam format DNG atau JPEG, sementara konektivitas Bluetooth, Wi-Fi, dan kabel memungkinkan transfer mudah ke perangkat lain. Kamera ini juga mendukung fitur Content Credentials, memungkinkan verifikasi keaslian gambar secara digital.


Desain dan Pengoperasian

Leica M EV1 menghadirkan desain yang tetap setia pada tradisi klasik Leica namun dengan sentuhan modern. Transisi otomatis antara EVF dan layar sentuh membuat operasi lebih nyaman, sementara tombol fisik strategis mempercepat akses ke fungsi penting.


Bagi pencinta fotografi manual, kombinasi fitur modern dan kontrol mekanis menjadikan Leica M EV1 pilihan ideal untuk merekam momen dengan presisi tinggi.


Harga dan Ketersediaan

Leica M EV1 akan tersedia mulai 23 Oktober 2025 di toko resmi Leica seperti Leica Store Amsterdam, Leica Store Lisse, dan dealer resmi lainnya di Belanda. Harga jualnya ditetapkan pada €7.950 (termasuk PPN). Selain itu, pelanggan juga bisa memesan handgrip kulit pendamping dengan harga €395.


Kesimpulan:

Leica M EV1 menandai langkah besar bagi seri M dalam mengintegrasikan teknologi digital tanpa menghilangkan esensi fotografi analog yang selalu dihargai oleh para pecinta Leica. Dengan fitur pratinjau eksposur real-time, dukungan Content Credentials, dan performa sensor full-frame yang luar biasa, kamera ini cocok untuk fotografer profesional yang menginginkan kualitas tinggi dan fleksibilitas maksimal.


Apakah Anda tertarik untuk memiliki Leica M EV1? Bagikan pendapat Anda di kolom komentar!

DJI Osmo Action 6 Siap Meluncur dengan Sensor 1/1.1-Inch dan Aperture Variabel!

DJI Osmo Action 6 Siap Meluncur dengan Sensor 1/1.1-Inch dan Aperture Variabel!

DJI Osmo Action 6 Siap Meluncur dengan Sensor 1/1.1-Inch dan Aperture Variabel!

Beberapa bocoran resolusi tinggi terbaru dari DJI Osmo Action 6 telah muncul secara online, menunjukkan desain yang tampak sudah siap produksi — dan kemungkinan menjadi salah satu pembaruan terbesar di ruang kamera aksi tahun ini.


Bagian gambar yang dibagikan oleh Igor Bogdanov, seorang leaker terkenal, menampilkan tubuh kamera yang kompak dan tangguh, mirip dengan Osmo Action 5 Pro, dengan layar ganda di bagian depan dan belakang. Namun, detail-detailnya memberi cerita yang berbeda. Casing lensa tampak lebih besar, menandakan peningkatan serius pada sensor, sementara tepinya sedikit diperbaiki untuk pegangan yang lebih baik dan operasi satu tangan.


Spesifikasi Utama DJI Osmo Action 6

Sensor Lebih Besar dan Aperture Variabel

Model baru ini dilengkapi dengan sensor CMOS ukuran 1/1.1-inch, naik dari chip 1/1.3-inch yang digunakan pada generasi sebelumnya. Hal ini dapat meningkatkan performa dalam kondisi cahaya rendah dan memperluas rentang dinamis — dua area di mana kamera aksi biasanya kesulitan.


Lensanya tetap menawarkan sudut pandang ultra-lebar 155°, tetapi rumor menyebutkan adanya aperture variabel f/2.0–f/4.0 untuk kejelasan yang lebih baik dalam berbagai kondisi penerangan. Fitur ini merupakan yang pertama kali ditemukan di kamera aksi.


Daya Tahan Baterai yang Ditingkatkan

DJI juga dikabarkan akan memberikan dorongan signifikan pada daya tahan baterai. Sel baterai baru berkapasitas 1,950mAh konon mampu bertahan hingga empat jam rekaman 4K, hampir dua kali lipat dari Action 5 Pro.


Fitur Tambahan

Beberapa fitur lain yang diharapkan termasuk:


  • Rekaman video 8K pada 30fps.
  • RockSteady 4.0 untuk stabilisasi lebih halus.
  • Warna 10-bit untuk reproduksi warna yang lebih akurat.
  • Wi-Fi 6 dan Bluetooth 5.1 untuk sinkronisasi dan streaming langsung yang lebih cepat.


Desain yang Lebih Ringkas dan Tangguh

Secara visual, Action 6 terlihat lebih ramping dan ringan, mungkin mengurangi beberapa gram tanpa mengorbankan ketahanannya. Perangkat ini tetap mempertahankan sertifikasi IP68 untuk ketahanan air dan rating penyelaman hingga 16 meter.


Informasi awal dari database ritel mengindikasikan harga mulai sekitar $329, yang justru lebih murah daripada Action 5 Pro.


Kapan DJI Osmo Action 6 Dirilis?

Meskipun DJI belum membuat pengumuman resmi, beberapa sumber, termasuk The New Camera, menyatakan bahwa Osmo Action 6 kemungkinan besar akan dirilis sebelum 10 November, dengan pemesanan pra-pesan yang dimulai pada akhir Oktober.


Apakah DJI Akan Menyaingi GoPro?

Jika bocoran ini benar, DJI mungkin akan meluncurkan kamera aksi paling mumpuni dan praktis hingga saat ini — bukan hanya sekadar mengejar GoPro, tetapi bahkan mungkin mengalahkannya di bidang sendiri.


Apa pendapat Anda tentang DJI Osmo Action 6? Berikan tanggapan di kolom komentar!